MEKANISME PERTAHANAN DIRI
Mekanisme pertahanan diri adalah bentuk kebiasaan atau pola
seseorang untuk melepaskan diri dari perasaan gelisah, cemas dan frustasi.
Fungsi utama dari kebiasaan ini adalah untuk meminimalkan kecemasan, konflik
batin dan perasaan tidak nyaman lainnya. Pada awalnya mekanisme pertahanan ini
dibutuhkan agar seseorang masih dapat berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.
Namun setelah menjadi kebiasaan, dalam banyak hal, pola ini justru memperburuk
kondisi seseorang, karena tidak menyelesaikan masalah, bahkan kadang menambah
hal yang haru dibereskan. Konseling perlu menolong seseorang untuk keluar dari
mekanisme pertahanan yang bersifat destruktif.
Bentuk-bentuk mekanisme pertahanan
Untuk mengatasi frustrasi dan kecemasan yang menyertainya,
individu menggunakan bentuk-bentuk pertahanan, yakni penggeseran focus
perhatian, fantasi, atau cara-cara lain untuk menetralisaikan daya dorongan
yang membahayakan itu. Bentuk-bentuk mekanisme pertahanan merupakan hasil
belajar dan berlaku baik dalam fungsi tingkah laku normal maupun yang
patologis. Kerapkali, mereka itu muncul bersama-sama atau dalam aneka rupa.
Beberapa bentuk mekanisme pertahanan yang cukup dikenal adalah:
- Rasionalisasi – Ini merupakan proses menemukan alasan yang baik untuk menutupi alasan yang sesungguhnya. Bila merasa cemas entah karena frustasi atau konflik yang seringkali individu dapat mengurangi kecemasannya itu dengan menghibur diri dan berusaha mencari alasan-alasan yang baik utnuk membenarkan perbuatannya. Contoh: mahasiswa yang sering bolos merasionalisasikan nilai-nilanya yang buruk dengan menyalahkan cara mengajar dosen atau sikap dosen yang kurang adil
- Represi - Ini merupakan reaksi di mana seseorang melenyapkan dari kesadarannya dorongan-dorongan atau pikiran-pikiran yang menimbulkan kecemasan. Ia tidak mau mengakui motif atau kenangan-kenangan yang membuatnya cemas, dan dengan begitu ia terhindar dari rasa cemas atau rasa cemas itu terkurangi
- Menyangkal – Artinya tidak mau mengakui adanya kenyataan-kenyataan yang menyakitkan, atau tidak mau mengakui kebenaran
- Isolasi - Orang berusaha menghalangi agar efek dari suatu agagsan tertentu jangan sampai terungkap keluar. Secara intelektual seseorang mengakui adanya perasaan-perasaan yang tidak semestinya, namun semua itu tidak dialaminya secara emosional
- Supresi – Maksudnya ialah tidak membiarkan suatu agagsan yang muncul terus berkembang dan terungkap dalam tingkah laku
- Pemindahan (Displacement) – Orang tidak secara langsung mengatasi penyebab kesulitan atau sumber frustrasiny, melainkan melampiaskan amarahnya kepada orang lain atau pada aneka objek yang kurang mengandung resiko yang terdapat di sekitarnya
- Proyeksi – Secacar tidak sadar orang takut memiliki sejumlah motif tertentu, lalu melihat semuanya itu dalam diri orang lain. Bisa juga melihat dalam diri orang lain suatu gagasan atau perasaan tertentu
- Introyeksi – Ini adalah kebalikan dari proyeksi. Orang mengatribusikan kepada diri sendiri apa yang dilihatnya di dalam diri orang lain
- Regresi – Orang memilih melakukan bentuk-bentuk tingkah laku yang lebih lazim dilakukan oleh anak-anak ketimbang oleh orang-orang seusianya
- Formasi Reaksi – Bila dua motif saling bertentangan, maka individu akan berusaha meperkuat salah satu diantaranya, biasanya yang lebih bisa diterima, sehingga motif yang kedua dapat diredam dengan aman
- Identifikasi - Bila individu mengalami frustrasi, maka mungkin ia akan bereaksi dengan cara menjadi sama seperti individu lain atau mencoba menyamainya
- Fantasi – Orang melarikan diri dari dunia nyata dan masuk ke dalam dunia fantasi. Dengan begitu ego yang sebenarnya terkungkung itu dapat memerankan tokoh pahlawan yang sukses dan jaya, yang tidak demikian dalam kenyataan hidup sehari-hari
- Kompensasi – Orang memusatkan diri pada salah satu jenis tingkah laku, untuk menutupi kekurangan yang dirasakannya pada bidang-bidang lain
- Intelektualisasi – Orang menyembunyikan perasaan-perasaannya dengan menganalisis berbagai situasi yang dihadapinya secara serba intelektual
- Sublimasi = Orang menggantikan perbuatan-perbuatan yang membahayakan dirinya atau yang bisa dihukum dengan kegiatan-kegiatan atau tujuan-tujuan yang konstruktif. Aneka kegiatan dan tujuan pengganti tersebut menambah kepuasan, sebab diterima oleh masyarakat.
Salah satu kelemahan mendasar dari mekanisme pertahanan
ialah bahwa mereka itu diarahkan pada kecemasannya, bukan pada konflik-konflik
antar motif yang menjadi penyebab kecemasan tersebut. Maka aneka mekanisme
pertahanan itu sering hanya menutupi masalah yang sebenarnya, sehingga
masalahnya sendiri tetap ada dan terus mempengaruhi tingkah laku orangnya.
Kelemahan mendasar lainnya ialah bahwa aneka mekanisme pertahanan itu mungkin
memang mengurangi kecemasan yang ditimbulkan oleh suatu sebab, namun
meningkatkan kecemasan yang ditimbulkan oleh sebab lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar