OBYEK,
RUANG LINGKUP, DAN FUNGSI
FILSAFAT
ILMU DALAM PERKEMBANGAN
KEHIDUPAN
MANUSIA
Dsusun
guna memenuhi tugas : Filsafat Ilmu
Dosen
Pengampu : Dr. Maufur
OLEH
:
Nama : ANDIS HIMAWAN
NPM :
1111500174
Kelas : III A
BIMBINGAN
DAN KONSELING
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PANCASAKTI TEGAL
2013
/2014
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang.
Filsafat seringkali disebut oleh sejumlah
pakar sebagai induk semang dari ilmu-ilmu . Filsafat merupakan disiplin ilmu yang berusaha untuk menunjukkan
batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat dan lebih
memadai. Filsafat telah mengantarkan
pada sebuah fenomena adanya siklus pengetahuan sehingga membentuk sebuah
konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon
ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang secara subur sebagai sebuah
fenomena kemanusiaan. Masing-masing cabang pada tahap selanjutnya melepaskan
diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti
metodologinya sendiri-sendiri.
Perkembangan ilmu pengetahuan
semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru dengan berbagai
disiplin yang akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru kearah
ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Ilmu
pengetahuan hakekatnya dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin
dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya
dapat ditentukan dengan patokan-patokan serta tolok ukur yang mendasari
kebenaran masing-masing bidang.
Dalam kajian sejarah dapat
dijelaskan bahwa perjalanan manusia telah mengantarkan dalam berbagai fase
kehidupan . Sejak zaman kuno, pertengahan dan modern sekarang ini telah
melahirkan sebuah cara pandang terhadap gejala alam dengan berbagai variasinya.
Proses perkembangan dari berbagai fase
kehidupan primitip–klasik dan kuno menuju manusia modern telah melahirkan
lompatan pergeseran yang sangat signifikan pada masing-masing zaman. Disinilah pemikiran filosofis telah
mengantarkan umat manusia dari mitologi oriented pada satu arah menuju pola
pikir ilmiah ariented, perubahan dari pola pikir mitosentris ke logosentris
dalam berbagai segmentasi kehidupan.
Corak dari pemikiran bersifat
mitologis (keteranganya didasarkan atas mitos dan kepercayaan saja) terjadi
pada dekade awal sejarah manusia. Namun setelah adanya demitologisasi oleh para
pemikir alam seperti Thales (624-548
SM), Anaximenes (590-528 SM), Phitagoras (532 SM), Heraklitos (535-475 SM),
Parminides (540-475 SM) serta banyak lagi pemikir lainnya, maka pemikiran
filsafat berkembang secara cepat kearah kemegahanya diikuti oleh proses
demitologisasi menuju gerakan logosentrisme
. Demitologisasi tersebut disebabkan oleh arus besar gerakan rasionalisme ,
empirisme dan positivisme yang dipelopori oleh para pakar dan pemikir
kontemporer yang akhirnya mengantarkan kehidupan manusia pada tataran era
modernitas yang berbasis pada pengetahuan ilmiah.
B.
Rumusan
Masalah
Dalam
makalah ini saya akan membahas beberapa masalah, antara lain:
1. Apakah pengertian Filsafat Ilmu?
2. Definisikan Obyek Filsafat Ilmu?
3. Apa saja yang terkait dangan Ruang Lingkup Filsafat Ilmu?
4. Sejauh mana definisi Fungsi Filsafat
Ilmu dalam Perkembangan Kehidupan Manusia?
C.
Tujuan
Pembuatan
makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengertian Filsafat Ilmu
2. Mengetahui Obyek Filsafat Ilmu
3. Mengetahui definisi Ruang Lingkup
Filsafat Ilmu
4. Mengetahui definisi Fungsi Filsafat
Ilmu dalam Perkembangan Kehidupan Manusia
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Filsafat Ilmu
Sebelum pembahasan lebih jauh
tentang filsafat ilmu, perlu dipahami tentang makna kedua kata tersebut,
sehingga pada pembicaraan selanjutnya tidak terjadi makna yang kabur dan samar
sehingga akan difahami secara komprehensif dan mendalam tentang hakikat dan
makna ilmu secara filosofis.
a).
Pengertian Filsafat
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani :
Philosophia, yang terdiri atas dua kata:philos (cinta) atau philia
(persahabatan, tertarik kepada) dan sophos (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan,
keterampilan, pengalaman praktis, inteligensia). Jadi secara etimologi,
filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom). Orang
yang berfilsafat disebut filosof yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.
Ada beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan filosof yaitu :
Ada beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan filosof yaitu :
1. Upaya spekulatif untuk
menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas.
2. Penyelidikan kritis atas
pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai
bidang pengetahuan.
3. Disiplin ilmu yang berupaya
untuk membantu Anda melihat apa yang Anda katakan dan untuk mengatakan apa yang
Anda lihat.
Banyak pengertian-p finisi-definisi
tentang filsafat yang telah dikemukakan oleh para filsuf. Menurut
Merriam-Webster (dalam Soeparmo, 1984), secara harafiah filsafat berarti cinta
kebijaksanaan. Maksud sebenarnya adalah pengetahuan tentang
kenyataan-kenyataan yang paling umum dan kaidah-kaidah realitas serta hakekat
manusia dalam segala aspek perilakunya seperti: logika, etika, estetika dan
teori pengetahuan.
Selanjutnya Syahir Mahmud
memberikan definisi filsafat atau falsafat (bahasa Arab) sebagai cinta
kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom). Juga diberikan pengertian
falsafat yang beragam seperti : upaya spekulatif untuk menyajikan suatu
pandangan sistematik dan lengkap tentang seluruh realitas, menentukan
batas-batas dan jangkauan pengetahuan : sumbernya, keabsahannya dan nilainya.
Masih ada beberapa pengertian lain yang dikutip oleh Syahir Mahmud
diantaranya menurut Al-Farabi (W 950M) bahwa falsafat adalah ilmu tentang yang
maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
Diberikan jugapengertian kata hikmah (sophos) yang merupakan salah satu makna dari falsafat yaitu mencintai hikmah. Fuad Iframi, Ibnu Mundzir, Al-Jurjani dan Ibn Sina memberikan pengertian hikmah yang secara tekstual berbeda namun secara kontekstual tetap sejalan. Salah satu diantaranya yang didefinisikan oleh Ibn Sina. Menurutnya hikmah adalah mencari kesempurnaan diri manusia dengan menggambarkan segala urusan dan mebenarkan segala hakikat baik yang bersifat toeri maupun praktik menurut kadar kemampuan seseorang.
Diberikan jugapengertian kata hikmah (sophos) yang merupakan salah satu makna dari falsafat yaitu mencintai hikmah. Fuad Iframi, Ibnu Mundzir, Al-Jurjani dan Ibn Sina memberikan pengertian hikmah yang secara tekstual berbeda namun secara kontekstual tetap sejalan. Salah satu diantaranya yang didefinisikan oleh Ibn Sina. Menurutnya hikmah adalah mencari kesempurnaan diri manusia dengan menggambarkan segala urusan dan mebenarkan segala hakikat baik yang bersifat toeri maupun praktik menurut kadar kemampuan seseorang.
Berdasarkan beberapa komentar yang
telah dipaparkan oleh para pakar di atas, maka penulis menyimpulkan secara
sederhana dan nominan bahwa filsafat itu : Filein (= Mencintai) dan
sophia (=kebijaksanaa). Dengan demikian filsafat adalah ilmu yang mencintai dan
mencari kebijaksanaan, atau pengetahuan mengenai semua hal melalui sebaba-sebab
terakhir yang didapati melalui penalaran atau akal budi. Ia mencari dan
menjelaskan hakekat dari segala sesuatu.
Oleh karena itu Filsafat pada
perisipnya adalah induk semua ilmu, demikian kata kaum filosof. Pada
awalnya, Cakupan obyek filsafat memang jauh lebih luas dibandingkan dengan
ilmu. Keterbatasan ilmu hanya pada obyek kajian yang bersifat empiris saja,
sementara obyek kajian filsafat mencakupi seluruhnya yaitu baik yang bersifat
empiris maupun yang bersifat non-empiris. Dalam perjalanan selanjutnya, ilmu
semakin berkembang dengan pesatnya sehingga ilmu itu sudah terlepas dari induknya
dan menyebabkan tindakan ilmu semakin liar, arogan dan kompartementalisasi
antara satu bidang ilmu dengan bidang ilmu lainnya. Dengan kondisi seperti itu,
diperlukan pemersatu visi keilmuan dari berbagai disiplin ilmu. Filsafat
sebagai induk ilmu pengetahuan diharapkan dapat berperan kembali sebagaimana
fungsinya untuk mengayomi semua bidang ilmu agar dapat berjalan pada jalurnya
yaitu ilmu untuk kemaslahatan manusia.
b).
Pengertian Ilmu
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab
: 'Alima, ya'lamu, ilman, yang berarti : mengerti, memahami benar-benar. Dalam
bahasa Inggris disebut science (pengetahuan). Menurut kamus bahasa Indonesia
adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis, logis dengan menggunakan
metode tertentu dan bersifat empiris. Asley Montagu, seorang Guru Besar
Antropolog di Rutgers University menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan
yang disusun dalam suatu system yang berasal dari pengamatan, studi dan
percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji
Dengan mempelajari filsafat ilmu,
maka kita akan mengetahui dan sekaligus akan menyadari bahwa pada hakekatnya
ilmu itu tidak bersifat statis (tetap) namun dinamis seirama dengan
perkembangan akal dan budi. Sesuatu yang dulunya dianggap sebagai ilmu yang
dianutnya tetapi pada masa tertentu akan basi dan ditinggalkan karena sudah
tidak sesuai dengan zaman. Disinilah perlunya kita selalu berusaha untuk
mengembangkan dan sekaligus memperbaharui ilmu. Kita menyadari bahwa untuk
memahami hakekat suatu kejadian atau hukum-hukum kausalitas itu tidak cukup
hanya mengandal sumber daya indrawi semata (seperti dengan mata, pendengaran,
penciuman, dan perasa) saja akan tetapi perlu perenungan yang sangat mendalam
dengan menggunakan akal, budi dan hati (jiwa). Disinilah perlunya umat Islam
berfilsafat ilmu. Bila sementara orang menganggap berfilsafat itu haram karena
akan membuat manusia murtad dari ajaran Tuhan, maka sesungguhnya pandangan
seperti ini perlu dilakukan kajian yang mendalam. Hal yang perlu menjadi bekal
bila seseorang ingin berfilsafat adalah dasar pengetahuan yang kuat tentang
berbagai hal, dan memiliki kecerdasan spiritual yang dapat menghubungkan
hukum-hukum sebab akibat dan senantiasa mempunyai kedekatan hubungan dengan
Sang Pencipta melalui ketaatan melaksanakan ajaran-Nya sehingga ilmunya menjadi
terbimbing dan terarah.
c). Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu termasuk bagian dari filsafat pengetahuan atau
lazim disebut epistomologi. Secara sederhana filsafat ilmu ialah dasar
yang menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara
ilmiah. Filsafat ilmu adalah suatu analisis, prosedur-prosedur atau
logika tentang penjelasan ilmiah. Dengan demikian Filsafat Ilmu berarti
pengetahuan yang diselidiki oleh akal budi mengenai sebab, asas-asas, hukum-hukum
tentang seuatu yang ada di alam semesta ini yang memerlukan suatu analisis,
prosedur-prosedur atau logika yang memerlukan penjelasan ilmiah.
Filsafat dalam bahasa Yunani terdiri dari dua suku kata, yaitu Philos dan
Sophia. Philos biasanya diterjemahkan dengan istilah gemar, senang, atau
cinta. Sophia diartikan kebijaksanaan atau kearifan. Dengan
demikian dapat dikatakan Filsafat berarti cinta kebijaksanaan, sedangkan Ilmu
dapat didefinisikan sebagai suatu obyek ilmiah yang mengandung sekelompok
prinsip.
Beberapa
pengertian tentang filsafat ilmu dikemukakan oleh beberapa ahli atau para
penulis, da antaranya :
1. Lewis
White Beck yang berpendapat bahwa philosopy
ofscience questions and evaluates the value and significance of scientific enterprise
as a whole. Menurutnya filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi
metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya
ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
2. A.
Cornelius Benyamin menyebutkan “ that
psilosophic dicipline which is the sistematic study of the nature of science,
specially of its methods, its concepts and presuppotitions, and its place in
the general scheme of inteletual diciplines”. Menurutnya filsafat ilmu
adalah setudi sistematik mengenai sifatndan hakikat ilmu, hususnya yang
berkenaan dengan metodenya,konsepnya, kedudukanya di dalam skema umum disiplin
intelektual.
3. May
Brodbeck lebih simpel merumuskan philosophy
of sioence merupakan the
etically and philosophically neutral analysis, description, and clarificasion
of science. Filsafat ilmu sebagai analisis yang netral secara etis dan
filsafati, pelukis dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.
4. The
Liang Gie merumuskan filsafat ilmu merupakan segenap pemikiran reflektif
terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan
ilmu dengan segala segi kehidupan manusia.
5. Jujun
S. Wirasumantrtri berpendapat bahwa filsafat ilmu merupakan bagian dari
epistomology (filsafat pengetahuan)yang secara khusus mengkaji hakikat ilmu
yang memiliki ciri-ciri tertentu.
Secara umum ilmu pengetahuan berkembang dari dinamika proses kegiatan
sistematisasi dan organisasi pengetahuan-pengetahuan pra-ilmiah yang dimulai
dengan klsifikasi berdasarkan karakteristik yang bersifat umum dan sepsifik.
Penguasaan filsafat ilmu, yaitu teori pengetahuan untuk memperoleh ilmu
pengetahuan secara ilmiah, melalui kelima langkah pokok dan siklus empiris
metode ilmiah, adalah kriteria untuk mengukur diri sendiri atau dalam
mengevaluasi ilmuwan dalam ketangguhan integritas ilmunya, yaitu keutuhan
wibawa akademik.
Jadi ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang menjelaskan kausalitas (hubungan
sebab akibat) dari suatu obyek menurut metode-metode tertentu yang merupakan
suatu kesatuan sistematis.
B.
OBJEK FILSAFAT ILMU
Dilihat
dari segi katanya filsafat ilmu dapat dimaknai sebagai filsafat yang berkaitan
dengan atau tentang ilmu. Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat
pengetahuan secara umum, ini dikarenakan ilmu itu sendiri merupakan suatu
bentuk pengetahuan dengan karakteristik khusus, namun demikian untuk memahami
secara lebih khusus apa yang dimaksud dengan filsafat ilmu, maka diperlukan
pembatasan yang dapat menggambarkan dan memberi makna khusus dalam mempelajari
objek-objek yang ada dan terkait dengan filsafat ilmu, untuk itu didalam
memepelajari filsafat ilmu terdapat dua objek, yaitu objek material dan objek
formal filsafat ilmu.
a.
Objek Material Filsafat Ilmu
Objek
Material filsafat ilmu adalah pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang
telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum. Dalam gejala ini jelas ada tiga
hal menonjol, yaitu manusia, dunia, dan akhirat. Maka ada filsafat tentang
manusia (antropologi), filsafat tentang alam (kosmologi), dan filsafat tentang
akhirat (teologi – filsafat ketuhanan dalam konteks hidup beriman dapat dengan
mudah diganti dengan kata Tuhan). Antropologi, kosmologi dan teologi, sekalipun
kelihatan terpisah, saling berkaitan juga, sebab pembicaraan tentang yang satu
pastilah tidak dapat dilepaskan dari yang lain. Menurut Drs. H.A.Dardiri bahwa
objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada
dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala sesuatu yang ada itu di
bagi dua, yaitu :
1. Ada yang bersifat umum (ontologi),
yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada pada umumnya.
2. Ada yang bersifat khusus yang
terbagi dua yaitu ada secara mutlak (theodicae) dan tidak mutlak yang terdiri
dari manusia (antropologi metafisik) dan alam (kosmologi).
b.
Pengertian
Objek Formal Filsafat Ilmu
Objek
formal filsafat ilmu adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek
materialnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat ilmu pengetahuan artinya
filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu
pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh
kebenaran ilmiah dan apa fingsi ilmu itu bagi manusia. Problem inilah yang di
bicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan
ontologis, epistemologis dan aksiologis. Objek formal filsafat ilmu merupakan
sudut pandangan yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan
pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu di sorot.
c.
Perbedaan
objek material dan objek formal filsafat ilmu
Objek
material filsafat merupakan suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot
oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit
ataupun yang abstrak. Sedangkan Objek formal filsafat ilmu tidak terbatas
pada apa yang mampu diindrawi saja, melainkan seluruh hakikat sesuatu baik yang
nyata maupun yang abstrak.
Obyek
material filsafat ilmu itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang
ada (realita) sedangkan objek formal filsafat ilmu (pengetahuan ilmiah) itu
bersifat khusus dan empiris. objek material mempelajari secara langsung
pekerjaan akal dan mengevaluasi hasil-hasil dari objek formal ilmu itu dan
mengujinya dengan realisasi praktis yang sebenarnya. Sedangkan Obyek
formal filsafat ilmu menyelidiki segala sesuatu itu guna mengerti sedalam
dalamnya, atau mengerti obyek material itu secara hakiki, mengerti kodrat segala
sesuatu itu secara mendalam (to know the nature of everything). Obyek formal
inilah sudut pandangan yang membedakan watak filsafat dengan pengetahuan.
Karena filsafat berusaha mengerti sesuatu sedalam dalamnya.
Adalah
objek yang secara wujudnya dapat dijadikan bahan telaahan dalam berfikir.
Menurut Endang Saefudin Anshori (1981) objek material filsafat adalah segala
sesuatu yang berwujud, yang pada garis besarnya dapat dibagi atas tiga
persoalan pokok yaitu :
1. Hakekat Tuhan
2. Hakekat Alam
3. Hakekat manusia
Obyek
material Filsafat ilmu yaitu segala sesuatu yang ada dan mungkin ada, baik
materi konkret, psisik, maupun yang material abstrak, psikis. Termasuk pula
pengertian abstrak-logis, konsepsional, spiritual, nilai-nilai. Dengan demikian
obyek filsafat tak terbatas, yakni segala sesuatu yang ada dan yang mungkin
ada. Objek material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang ada mencakup
ada yang tampak dan ada yang tidak tampak. Objek material yang sama dapat
dikaji oleh banyak ilmu lain. ada yang tampak adalah dunia empiris, sedangkan
ada yang tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosof membagi objek
material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada
dalam pikiran dan yang ada dalam kemungkinan.
C.
RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU
Untuk lebih memperoleh gambaran yang lebih jelas, maka perlu
di ungkap ulang, bahwa kajian tentang filsafat ilmu berhubungan erat dengan dua
bidang kajian yang secara individual memiliki karakteristik sendiri-sendiri.
Filsafat mengandalkan perolehan kebenaran rasio yang bersifat sepekulatif
dengan tidak membutuhkan bukti empiris,sedangkan ilmu mengandalkan perolehan
kebenaran rasional dan sekaligus dengan dukungan bukti/fakta empiris yang
bersifat tentatif.
Sampai
dangan taun 2000an filsafat ilmu telah mengalami perkembangan yang sangat
pesat, sehingga menjadi bidang pengetahuan
yang amat luas dan sangat mendalam. Oleh karena itu secara ringkas dapat
dirangkum sebagai berikut :
1. Menurut Peter Angeles, filsafat ilmu
berkonsentrasi pada empat bidang yang utama, yakni menelaah tentang :
v Berbagi konsep, per-anggapan dan
metode ilmu dan analisisnya, perluasan, dan penyusunan guna memperoleh
pengetahuan yang lebih cermat dan memiliki ke-ajegan.
v Pembenaran mengenai proses penalaran
dalam ilmu berikut struktur perlambanganya.
v Saling keterkaitan di antara
berbagai ilmu.
v Akibat-akibat pengetahuan ilmiah
bagi hal-hal yang berkaitan dengan
penerapan dan pemahaman manusia terhadap realitas, hubungan logika dan
matematika dengan realitas, entitas, teoritis, sumber dan keabsahan
pengetahuan, serta hakikat pengetahuan.
2. A.Cornelus Benyamin mengemukakan
bidang-bidang penelahan filsafat ilmu meliputi :
Ø Metode ilmu, lambang-lambang,
kilmiahan, dan struktur logis dari sistem perlambangan ilmiah menyangkut logika
dan teori ilmu pengetahuan serta teori umum tentang tanda.
Ø Penjelasan mengenai konsep dasar,
pra-anggapan, dan pangkal pendirian ilmu berikut landasan-landasan empiris,
rasional,atau pragmatis yang menjadi tempaat tumpuannya. Karena lebih banyak
menyangkut berbagai keyakinan mengenai dunia kenyataan, keseragaman alam,dan
rasionalitas proses alamiah, maka segi ini berkaitan dengan metafisika.
Ø Keterkaitan da antara berbagai ilmu
dan implikasinya bagi suatu teori dalam semesta ( seperti; idialisme,
materialisme, monoisme, atau pluralisme).
3. Menurut Ernes Negel, ada tiga bidang
yang merupakan bahan perbincangan filsafat ilmu :
ü Pola logis yang di tunjukan oleh
penjelasan dalam ilmu, yakni ada logika yang telah terpola sehingga memudahkan
memahami ilmu tersebut.
ü Pembentukan konsep ilmiah, yakni
bagaimana proses konsep ilmiah terumuskan.
ü Pembuktian keabsahan kesimpulan
ilmiah. Pembuktian dalam filsafat tidak harus bersifat empiric, tetapi cukup
mengandalkan rasio atau penalaran.
4. Israel sceffer merinci tiga bidang
kajian filsafat ilmu,meliputi :
o
Mnelaah
hubungan antara faktor-faktor kemasyarakat-an dan ide-ide ilmiah.
o
Pelukisan
asal mula dan struktur alam semasta menurut teori-teori yang terbaik dan
penemuan-penemuan dalam kosmologi.
o
Metode
secara umum, bentuk logis, cara penyimpulan dan konsep dasar ilmu.
5. Oleh J.J. C. Semart, fokus kajian
filsafat ilmu hanya meliputi :
·
Bahasa
analisis dan metodologis tentang ilmu.
·
Penggunaan
ilmu untuk membantu pemecahan masalah-masalah filsafati.
6. Marx Wartofsky, merinci cakupan
filsafat ilmu menyangkut :
Pernungan
mengenai konsep dasar, struktur formal, dan metodologi ilmu.
Persoalan-persoalan
ontodologi dan epistomologi yang khas bersifat filsafati dengan pembahasan yang
memadukan alat analisis logika modern dan model konseptual penyelidikan ilmiah.
Dari resum di atas dapat diperoleh gambaran bahwa filsafat
ilmu mengambil bagian untuk meletakan dasar-dasar ilmu pengetahuan, oleh karena
itu sekitar : apa hakikat ilmu, struktur ilmu, obyek ilmu, metode atau cara
memperoleh ilmu, cara mengukur benar tidaknya ilmu, kegunaan ilmu, cara ilmu
menyelesaikan masalah, netralitas ilmu, landasan ilmu, sarana berfikir
keilmuan,hubungan ilmu dengan teknologi, ilmu dengan nilai, dan sebagaimana
tersebut di atas merupakan cakupan atau ruang lingkup kajian filsafat ilmu.
Kesemuanya terbagi dalam landasan ontologi ilmu, epistemologi ilmu, dan
aksiologi ilmu.
D.
FUNGSI FILSAFAT ILMU DALAM
PEKAMBANGAN KEHIDUPAN MANUSIA
Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemology (filsafat
pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (Pengetahuan Ilmiah).
Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai cirri-ciri tertentu. Meskipun
secara metodologi ilmu tidak membedakan ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu social.
Pembagian ini lebih merupakan pembatasan masing-masing bidang yang ditela’ah
yakni ilmu-ilmu alam atau ilmu-ilmu social, dan tidak merincikan cabang
filsafat yang bersifat otonom. Ilmu memang berbeda dari pengetahuan-pengetahuan
secara filsafat, namun tidak terdapat perbedaan yang prinsipil antara ilmu-ilmu
alam dan ilmu-ilmu social, dimana keduanya mempunyai cirri-ciri kelimuan yang
sama.
Menurut Radakrishnan pada Buku history of Filoshohy pungsi
pilsafat yaitu Kreatif,menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah dan
menuntun pada jalan – jalan baru.Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan pada
kita untuk menopang dunia baru, yaitu mencetak manusia – manusia yang
menjadikan penggolongan berdasarkan nation, rasi dan keyakinan keagamaan
mengabdi pada cita mulia kemanusiaan.
Berfikir secara filsafat dapat diartikan sebagai berpikir
yang sangat mendalam sampai pada hakikat, atau berpikir secara global
(menyeluruh), atau berpikir dilihat dari berbagai sudut pandang pemikiran atau
sudut pandang ilmu pengetahuan.Berfikir yang demikian ini sebadai upaya untuk dapat
berfikir secara tepat dan benar serta dapat dipertanggungjawabkan.
Bahasan yang di cerna oleh ilmu filsafat sangat luas
cakupannya. Poin yang utama ditujunya adalah mencari hakikat kebenaran segala
sesuatu. Baik dalam kebenaran berfikir ( Logika ), kebenaran tingkah laku
(Etika) Maupun dalam mencari hakikat sesuatu yang ada dibalik alam nyata
(metafisika), sehingga persoalannya adalah apakah sesuatu itu hakiki (benar)
atau maya(palsu).
Manfaat
mempelajari filsafat ada bermacam – macam. Namun sekurang – kurangnya ada 4
macam paedah Yaitu :
- Agar terlatih berfikir serius
- Agar mampu memahami filsafat
- Agar mungkin menjadi filsapat
- Agar menjadi warga Negara yang baik
Menurut
Fudyartanta (GAMA) ada 4 fungsi ilmu (pengetahuan ) Yaitu :
- Fungsi Deskriftif : menggambarkan, melukiskan dan memaparkan suatu objek atau masalah sehingga mudah dipelajari atau diteliti.
- Fungsi Pengembangan : melanjutkan hasil temuan yang lalu dan menemukan hasil ilmu pengetahuan yang baru.
- Fungsi Prediksi : meramalkan kejadian – kejadian yang besar kemungkinan terjadi sehingga manusia dapat mengambil tindakan – tindakan yang perlu dalam usaha menghadapinya.
- Fungsi Kontrol : berusaha mengendalikan peristiwa – peristiwa yang tidak dikehendaki.
Tegasnya
: Fungsi ilmu (pengetahuan) ialah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia
didalam berbagai bidangnya. Ilmu menjelaskan dengan 4 pola yaitu : dedukatif,
probabilistic, ecologis dan genetic. Penjelasan dedukatif adalah menjelaskan
gejala dengan menarik kesimpulan secara logis dan premis yang ditetapkan
sebelumnya. Penjelasan probilistik adalah menjelaskan secara indukatif dan
sejumlah kasus dan bersifat mungkin. Penjelasan ecologis adalah penjelasan yang
bersifat fungsional dengan meletakan unsure dalam kaitannya dengan system.
Penjelasan genetic adalah tentang gejala yang muncul dengan mempergunakan
factor yang timbul sebelumnya.
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan yang
mengkaji tentang hakikat ilmu. Dimana ilmu merupakan cabang pengetahuan yang
mempunyai cirri-ciri tertentu yaitu yang bersifat konkrit yang artinya masalah
tersebut terdapat dalam jangkauan pengalaman manusia dan ilmu tidak
memasalahkan akhirat. Selain bersifat konkrit, ilmu juga mempunyai cirri sifat
lain, yaitu bersifat nyata yang artinya jawaban itu ada pada dunia nyata dan
ilmu itu dimulai dari fakta dan diakhiri dengan fakta . Dari cirri – cirri
tersebut terdapat dalam ilmu, kita bias mengetahui fungsi dari filsafat ilmu
dan arah dari filsafat ilmu.
Filsafat
ilmu mempelajari apakah objek yang ditelaah dalam ilmu, bagaimana proses
mendapatkan ilmu dan apakah kegunaan ilmutersebut. Objek atau hakekat sesuatu
dipelajari dalan antology, cara mendapatkannya dipelajari dalan pistemology,
dan kegunaannya dipelajari dalam aksiologi. Dari kajian – kajian yang terdapat
dalam ilmu filsafat ilmu kita bias mengetahui kembali fungsi dari arah filsafat
ilmu. Oleh karena itu fungsi filsafat ilmu adalah :
- Untuk mengetahui objek apa saja yang ditela’ah dalam ilmu
- untuk mengetahui tentang proses mendapatkan ilmu
- untuk mengethui kegunaan dari ilmu tersebut
- untuk mengetahui cirri –ciri tertentu dari cabang – cabang pengetahuan yang termasuk kedalam objek kajian dari filsafat ilmu.
Sedangkan
arah dari filsafat ilmu adalah mengarahkan seseorang untuk mengkaji filsafat
lebih dalam tentang “benar –salah “, “Baik – buruk” etika dan “indah – jelek”
etika yang masing – masing sifat tersebut dapat mengarahkan seseorang ahli
filsafat untuk mengetahui tentang filsafat ilmu. Filsafat yang mengkaji tentang
salah – benar disebut loga, filsafat yang mengkaji tentang baik – buruk disebut
etika dan filsafat yang mengkaji tentang indah – jelek disebut estetika.
Ilmu
merupakan suatu cara berfikir dalam menghasilkan suatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan yang dapat diandalkan. Berfikir bukan satu –satunya cara dalam
mendapatkan pengetahuan. Demikian juga ilmu bukan satu –satunya produk dari
kegiatan berfikir menurut langkah – langkah tertentu yang secara umum dapat
disebut sebagai berfikir ilmiah.
Berfikir
ilmiah merupakan kegiatan berfikir yang memenuhi persyaratan – persyaratan
tertentu. Persyaratan tersebut pada hakikatnya mencakup dua criteria utama
yakni,pertama berpikir ilmiah harus mempunyai alur jalan fikiran yang logis,
kedua pernyataan yang bersifat logis tersebut harus didukung oleh fakta
empiris. Persyaratn pertama mengharuskan alur jalan pikiran kita untuk
konsisten dengan pengetahuan ilmiah yang telah ada sedangkan persyaratan kedua
mengharuskan kita untuk menerima pernyatan yang didukung oleh fakta sebagai
pernyataan yang benar secara ilmiah.
Pernyataan
yang telang diuji kebenarannya ini kemudian diperkaya khasanah pengetahuan
pengetahuan ilmiah yang disusun secara sistematik dan komulatif. Kebenaran
ilmiah ini tidaklah bersifat mutlak sebab mungkin saja pernyataan yang sekarang
logis kemudian akan bertentangan dengan ilmu pengetahuan ilmiah baru atau
pernyataan yang sekarang didukung oleh fakta kemudian di tentang oleh penemuan
baru, kebenaran ilmiah terbuka bagi koreksi dan penyempurnaan.
Dari
hakikat berfikir ilmiah tersebut maka kita dapat menyimpulkan beberapa
karakteristik dari ilmu.Pertama ialah bahwa ilmu mempercayai rasio sebagai alat
untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Walaupan demikian maka berfikir
secara rasional inipun harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar sampai kepada
kesimpulan yang dapat di andalkan. Untuk itu maka ilmu mempuyai karakteristik
yang kedua yakni alur jalan fikiran yang logis yang konsisten dengan
pengetahuan yang ada. Walaupun demikian maka tidak semua yang logis itu
didukung fakta atau mengandung kebenaran secara empiris. Untuk itu maka ilmu
mensyaratkan karakteristik yang ke tiga yakni pengujian secara empiris sebagai
criteria kebenaran objektif. Pernyataan yang dijabarkan secara logis dan telah
teruji ecara empiris lalu dianggap benar secara ilmiah dan memperkaya khajanah
pengetahuan ilmiah. Walaupun demikian tidak ada jaminan bahwa pernyataan yang
sekarang benar secara ilmiah kemudian lalu tidak shahih lagi. Untuk itu maka
ilmu mensyaratkan karakteristik ke empat, yakni mekanisme yang terbuka terhadap
koreksi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Pengertian
Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu termasuk bagian dari filsafat pengetahuan atau lazim disebut
epistomologi. Secara sederhana filsafat ilmu ialah dasar yang menjiwai
dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Filsafat
ilmu adalah suatu analisis, prosedur-prosedur atau logika tentang penjelasan
ilmiah
2.
Obyek Filsafat Ilmu
Dilihat
dari segi katanya filsafat ilmu dapat dimaknai sebagai filsafat yang berkaitan
dengan atau tentang ilmu. Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat
pengetahuan secara umum, ini dikarenakan ilmu itu sendiri merupakan suatu
bentuk pengetahuan dengan karakteristik khusus, namun demikian untuk memahami
secara lebih khusus apa yang dimaksud dengan filsafat ilmu, maka diperlukan
pembatasan yang dapat menggambarkan dan memberi makna khusus dalam mempelajari
objek-objek yang ada dan terkait dengan filsafat ilmu, untuk itu didalam
memepelajari filsafat ilmu terdapat dua objek, yaitu objek material dan objek
formal filsafat ilmu
3.
Ruang
Lingkup Filsafat ilmu
Dari
resum di atas dapat diperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu mengambil bagian
untuk meletakan dasar-dasar ilmu pengetahuan, oleh karena itu sekitar : apa
hakikat ilmu, struktur ilmu, obyek ilmu, metode atau cara memperoleh ilmu, cara
mengukur benar tidaknya ilmu, kegunaan ilmu, cara ilmu menyelesaikan masalah,
netralitas ilmu, landasan ilmu, sarana berfikir keilmuan,hubungan ilmu dengan
teknologi, ilmu dengan nilai, dan sebagaimana tersebut di atas merupakan
cakupan atau ruang lingkup kajian filsafat ilmu. Kesemuanya terbagi dalam landasan
ontologi ilmu, epistemologi ilmu, dan aksiologi ilmu.
4.
Fungsi
Filsafat Ilmu
Oleh karena itu fungsi filsafat ilmu adalah :
1. Untuk mengetahui objek apa saja yang
ditela’ah dalam ilmu
2. untuk mengetahui tentang proses
mendapatkan ilmu
3. untuk mengethui kegunaan dari ilmu
tersebut
4. untuk mengetahui cirri –ciri
tertentu dari cabang – cabang pengetahuan yang termasuk kedalam objek kajian
dari filsafat ilmu.
Seseorang
yang secara benar yang memahami filsafat sebagai salah satu ilmu berarti
seseorang tersebut mampu mengetahui fungsi dan filsafah hidup yang dapat
membenarkan dampak secara langsung untuk pembenaran dalam kehidupan kita
sehari-hari
Filsafat
ilmu merupakan bagian dari filsafat pengetahuan yang secara spesifik mengkaji
hakikat ilmu ( pengetahuan ilmiah )
Dari
hakikat berfikir ilmiah maka kita dapat menyimpulkan beberapa karakteristik dan
ilmu. Pertama ialah bahwa ilmu mampercayai rasio sebagai alat untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar, kedua alur jalan pikiran yang logis yang konsisten
dengan pengetahuan yang telah ada, ketiga yakni pengujian secara empiris
sebagai kriteria kebenaran objektif, ke empat yakni mekanisme yang terbuka
terhadap koreksi
Arah
dari filsafash ilmu adalah mengarahkan seseorang untuk mengkaji filsafat lebih
dalam tentang “benar-salah”, ”baik-buruk”, dan “indah-jelek” yang masing-masing
sifat tersebut dapat mengarahkan seseorang ahli filsafat untuk mengetahui
tentang filsafat ilmu.
B. Saran
Demikian
yang dapat kami sampaikan melalui makalah ini, tentunya banyak hal-hal yang perlu
diperbaiki serta langkah-langkah dari permasalahan yang dihadapi dalam
pengembangan dari metode penulisan, kata-kata atau pun kalamat-kalimat yang
belum sumpurna di dalamnya
Adapun
cara penilaian,hak dan tidaknya kami serahkan kepada para pembaca, mudah-madahan
dapat memberikan bantuan doa atas terselenggaranya penulisan makalah ini semoga
anda dalam lindungan dan keridhoan Allah SWT Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Maufur, 2012, Filsafat Ilmu. CV.Bandung, Bintang Warlia Artika.
Arief
Tiro Muhammad, 2002, Mecaari kebenaran suatu tinjauan Filsafat, Andira
Makassar.
Mustansyir,
R dan Munir M. 2003. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
S.
Suria Sumantri Jujun, 2005, Filsafat
Ilmu. Pustaka Sinar Harapan Jakarta.
Muzakir, Drs. A. Ahmad Syadali, MA.
1991, Filsafat Ilmu, Pustaka
Setia Bandung.
Syafii
Inu Kencana, 2004, Pengantar Filsafat
Ilmu. Refika Aditama Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar