Jumat, 26 April 2013

OBJEK RUANG LINGKUP


OBYEK, RUANG LINGKUP, DAN FUNGSI
FILSAFAT ILMU DALAM PERKEMBANGAN
KEHIDUPAN MANUSIA
 





Dsusun guna memenuhi tugas : Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu : Dr. Maufur

OLEH :

Nama         : ANDIS HIMAWAN                               
NPM          : 1111500174
Kelas          : III A


BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2013 /2014




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.
Filsafat seringkali disebut oleh sejumlah pakar sebagai induk semang dari ilmu-ilmu . Filsafat merupakan disiplin ilmu yang berusaha untuk menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat dan lebih memadai. Filsafat telah mengantarkan pada sebuah fenomena adanya siklus pengetahuan sehingga membentuk sebuah konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang secara subur sebagai sebuah fenomena kemanusiaan. Masing-masing cabang pada tahap selanjutnya melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri.
Perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru dengan berbagai disiplin yang akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Ilmu pengetahuan hakekatnya dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan dengan patokan-patokan serta tolok ukur yang mendasari kebenaran masing-masing bidang.
Dalam kajian sejarah dapat dijelaskan bahwa perjalanan manusia telah mengantarkan dalam berbagai fase kehidupan . Sejak zaman kuno, pertengahan dan modern sekarang ini telah melahirkan sebuah cara pandang terhadap gejala alam dengan berbagai variasinya. Proses perkembangan dari berbagai fase kehidupan primitip–klasik dan kuno menuju manusia modern telah melahirkan lompatan pergeseran yang sangat signifikan pada masing-masing zaman. Disinilah pemikiran filosofis telah mengantarkan umat manusia dari mitologi oriented pada satu arah menuju pola pikir ilmiah ariented, perubahan dari pola pikir mitosentris ke logosentris dalam berbagai segmentasi kehidupan.
Corak dari pemikiran bersifat mitologis (keteranganya didasarkan atas mitos dan kepercayaan saja) terjadi pada dekade awal sejarah manusia. Namun setelah adanya demitologisasi oleh para pemikir alam seperti Thales (624-548 SM), Anaximenes (590-528 SM), Phitagoras (532 SM), Heraklitos (535-475 SM), Parminides (540-475 SM) serta banyak lagi pemikir lainnya, maka pemikiran filsafat berkembang secara cepat kearah kemegahanya diikuti oleh proses demitologisasi menuju gerakan logosentrisme . Demitologisasi tersebut disebabkan oleh arus besar gerakan rasionalisme , empirisme dan positivisme yang dipelopori oleh para pakar dan pemikir kontemporer yang akhirnya mengantarkan kehidupan manusia pada tataran era modernitas yang berbasis pada pengetahuan ilmiah.

B.     Rumusan Masalah
Dalam makalah ini saya akan membahas beberapa masalah, antara lain:
1.      Apakah pengertian Filsafat Ilmu?
2.      Definisikan Obyek Filsafat Ilmu?
3.      Apa saja yang terkait dangan  Ruang Lingkup Filsafat Ilmu?
4.      Sejauh mana definisi Fungsi Filsafat Ilmu dalam Perkembangan Kehidupan Manusia?

C.    Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk:
1.      Mengetahui pengertian Filsafat Ilmu
2.      Mengetahui Obyek Filsafat Ilmu
3.      Mengetahui definisi Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
4.      Mengetahui definisi Fungsi Filsafat Ilmu dalam Perkembangan Kehidupan Manusia










BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Filsafat Ilmu
             Sebelum pembahasan lebih jauh tentang filsafat ilmu, perlu dipahami tentang makna kedua kata tersebut, sehingga pada pembicaraan selanjutnya tidak terjadi makna yang kabur dan samar sehingga akan difahami secara komprehensif dan mendalam tentang hakikat dan makna ilmu secara filosofis.
 a).   Pengertian Filsafat
 Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani : Philosophia, yang terdiri atas dua kata:philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan sophos (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensia). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom). Orang yang berfilsafat disebut filosof yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.
Ada beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan filosof yaitu :
1.    Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas.
2.    Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan.
3.    Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu Anda melihat apa yang Anda katakan dan untuk mengatakan apa yang Anda lihat.
Banyak pengertian-p finisi-definisi tentang filsafat yang telah dikemukakan oleh para filsuf. Menurut Merriam-Webster (dalam Soeparmo, 1984), secara harafiah filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Maksud sebenarnya  adalah pengetahuan tentang kenyataan-kenyataan yang paling umum dan kaidah-kaidah realitas serta hakekat manusia dalam segala aspek perilakunya seperti: logika, etika, estetika dan teori pengetahuan.
Selanjutnya  Syahir Mahmud memberikan definisi filsafat atau falsafat (bahasa Arab) sebagai cinta kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom). Juga diberikan pengertian falsafat yang beragam seperti : upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik dan lengkap tentang seluruh realitas, menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan : sumbernya, keabsahannya dan nilainya. Masih ada beberapa pengertian lain yang dikutip oleh Syahir Mahmud  diantaranya menurut Al-Farabi (W 950M) bahwa falsafat adalah ilmu tentang yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya. 
Diberikan jugapengertian kata hikmah (sophos) yang merupakan salah satu makna dari falsafat yaitu mencintai hikmah. Fuad Iframi, Ibnu Mundzir, Al-Jurjani dan Ibn Sina memberikan pengertian hikmah yang secara tekstual berbeda namun secara kontekstual tetap sejalan. Salah satu diantaranya yang didefinisikan oleh Ibn Sina. Menurutnya hikmah adalah mencari kesempurnaan diri manusia dengan menggambarkan segala urusan dan mebenarkan segala hakikat baik yang bersifat toeri maupun praktik menurut kadar kemampuan seseorang. 
Berdasarkan beberapa komentar yang telah dipaparkan oleh para pakar di atas, maka penulis menyimpulkan secara sederhana dan nominan  bahwa  filsafat itu : Filein (= Mencintai) dan sophia (=kebijaksanaa). Dengan demikian filsafat adalah ilmu yang mencintai dan mencari kebijaksanaan, atau pengetahuan mengenai semua hal melalui sebaba-sebab terakhir yang didapati melalui penalaran atau akal budi. Ia mencari dan menjelaskan hakekat dari segala sesuatu.
Oleh karena itu  Filsafat pada perisipnya  adalah induk semua ilmu, demikian kata kaum filosof. Pada awalnya, Cakupan obyek filsafat memang jauh lebih luas dibandingkan dengan ilmu. Keterbatasan ilmu hanya pada obyek kajian yang bersifat empiris saja, sementara obyek kajian filsafat mencakupi seluruhnya yaitu baik yang bersifat empiris maupun yang bersifat non-empiris. Dalam perjalanan selanjutnya, ilmu semakin berkembang dengan pesatnya sehingga ilmu itu sudah terlepas dari induknya dan menyebabkan tindakan ilmu semakin liar, arogan dan kompartementalisasi antara satu bidang ilmu dengan bidang ilmu lainnya. Dengan kondisi seperti itu, diperlukan pemersatu visi keilmuan dari berbagai disiplin ilmu. Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan diharapkan dapat berperan kembali sebagaimana fungsinya untuk mengayomi semua bidang ilmu agar dapat berjalan pada jalurnya yaitu ilmu untuk kemaslahatan manusia.
 b).   Pengertian Ilmu
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab : 'Alima, ya'lamu, ilman, yang berarti : mengerti, memahami benar-benar. Dalam bahasa Inggris disebut science (pengetahuan). Menurut kamus bahasa Indonesia adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis, logis dengan menggunakan metode tertentu dan bersifat empiris. Asley Montagu, seorang Guru Besar Antropolog di Rutgers University menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam suatu system yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji
Dengan mempelajari filsafat ilmu, maka kita akan mengetahui dan sekaligus akan menyadari bahwa pada hakekatnya ilmu itu tidak bersifat statis (tetap) namun dinamis seirama dengan perkembangan akal dan budi. Sesuatu yang dulunya dianggap sebagai ilmu yang dianutnya tetapi pada masa tertentu akan basi dan ditinggalkan karena sudah tidak sesuai dengan zaman. Disinilah perlunya kita selalu berusaha untuk mengembangkan dan sekaligus memperbaharui ilmu. Kita menyadari bahwa untuk memahami hakekat suatu kejadian atau hukum-hukum kausalitas itu tidak cukup hanya mengandal sumber daya indrawi semata (seperti dengan mata, pendengaran, penciuman, dan perasa) saja akan tetapi perlu perenungan yang sangat mendalam dengan menggunakan akal, budi dan hati (jiwa). Disinilah perlunya umat Islam berfilsafat ilmu. Bila sementara orang menganggap berfilsafat itu haram karena akan membuat manusia murtad dari ajaran Tuhan, maka sesungguhnya pandangan seperti ini perlu dilakukan kajian yang mendalam. Hal yang perlu menjadi bekal bila seseorang ingin berfilsafat adalah dasar pengetahuan yang kuat tentang berbagai hal, dan memiliki kecerdasan spiritual yang dapat menghubungkan hukum-hukum sebab akibat dan senantiasa mempunyai kedekatan hubungan dengan Sang Pencipta melalui ketaatan melaksanakan ajaran-Nya sehingga ilmunya menjadi terbimbing dan terarah.
c).   Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu termasuk bagian dari filsafat pengetahuan atau lazim disebut epistomologi.  Secara sederhana filsafat ilmu ialah dasar yang menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara ilmiah.  Filsafat ilmu adalah suatu analisis, prosedur-prosedur atau logika tentang penjelasan ilmiah.  Dengan demikian Filsafat Ilmu berarti pengetahuan yang diselidiki oleh akal budi mengenai sebab, asas-asas, hukum-hukum tentang seuatu yang ada di alam semesta ini yang memerlukan suatu analisis, prosedur-prosedur atau logika yang memerlukan penjelasan ilmiah.
             Filsafat dalam bahasa Yunani terdiri dari dua suku kata, yaitu Philos dan Sophia.  Philos biasanya diterjemahkan dengan istilah gemar, senang, atau cinta.  Sophia diartikan kebijaksanaan atau kearifan.  Dengan demikian dapat dikatakan Filsafat berarti cinta kebijaksanaan, sedangkan Ilmu dapat didefinisikan sebagai suatu obyek ilmiah yang mengandung sekelompok prinsip.
Beberapa pengertian tentang filsafat ilmu dikemukakan oleh beberapa ahli atau para penulis, da antaranya :
1.      Lewis White Beck yang berpendapat bahwa philosopy ofscience questions and evaluates the value and significance of scientific enterprise as a whole. Menurutnya filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
2.      A. Cornelius Benyamin menyebutkan “ that psilosophic dicipline which is the sistematic study of the nature of science, specially of its methods, its concepts and presuppotitions, and its place in the general scheme of inteletual diciplines”. Menurutnya filsafat ilmu adalah setudi sistematik mengenai sifatndan hakikat ilmu, hususnya yang berkenaan dengan metodenya,konsepnya, kedudukanya di dalam skema umum disiplin intelektual.
3.      May Brodbeck lebih simpel merumuskan philosophy of sioence merupakan the etically and philosophically neutral analysis, description, and clarificasion of science. Filsafat ilmu sebagai analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukis dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.
4.      The Liang Gie merumuskan filsafat ilmu merupakan segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal  yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi kehidupan manusia.
5.      Jujun S. Wirasumantrtri berpendapat bahwa filsafat ilmu merupakan bagian dari epistomology (filsafat pengetahuan)yang secara khusus mengkaji hakikat ilmu yang memiliki ciri-ciri tertentu.
            Secara umum ilmu pengetahuan berkembang dari dinamika proses kegiatan sistematisasi dan organisasi pengetahuan-pengetahuan pra-ilmiah yang dimulai dengan klsifikasi berdasarkan karakteristik yang bersifat umum dan sepsifik.
            Penguasaan filsafat ilmu, yaitu teori pengetahuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan secara ilmiah, melalui kelima langkah pokok dan siklus empiris metode ilmiah, adalah kriteria untuk mengukur diri sendiri atau dalam mengevaluasi ilmuwan dalam ketangguhan integritas ilmunya, yaitu keutuhan wibawa akademik.
            Jadi ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang menjelaskan kausalitas (hubungan sebab akibat) dari suatu obyek menurut metode-metode tertentu yang merupakan suatu kesatuan sistematis.

B.     OBJEK FILSAFAT ILMU
Dilihat dari segi katanya filsafat ilmu dapat dimaknai sebagai filsafat yang berkaitan dengan atau tentang ilmu. Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat pengetahuan secara umum, ini dikarenakan ilmu itu sendiri merupakan suatu bentuk pengetahuan dengan karakteristik khusus, namun demikian untuk memahami secara lebih khusus apa yang dimaksud dengan filsafat ilmu, maka diperlukan pembatasan yang dapat menggambarkan dan memberi makna khusus dalam mempelajari objek-objek yang ada dan terkait dengan filsafat ilmu, untuk itu didalam memepelajari filsafat ilmu terdapat dua objek, yaitu objek material dan objek formal filsafat ilmu.
a.       Objek Material Filsafat Ilmu
Objek Material filsafat ilmu adalah pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum. Dalam gejala ini jelas ada tiga hal menonjol, yaitu manusia, dunia, dan akhirat. Maka ada filsafat tentang manusia (antropologi), filsafat tentang alam (kosmologi), dan filsafat tentang akhirat (teologi – filsafat ketuhanan dalam konteks hidup beriman dapat dengan mudah diganti dengan kata Tuhan). Antropologi, kosmologi dan teologi, sekalipun kelihatan terpisah, saling berkaitan juga, sebab pembicaraan tentang yang satu pastilah tidak dapat dilepaskan dari yang lain. Menurut Drs. H.A.Dardiri bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala sesuatu yang ada itu di bagi dua, yaitu :
1.      Ada yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada pada umumnya.
2.      Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak (theodicae) dan tidak mutlak yang terdiri dari manusia (antropologi metafisik) dan alam (kosmologi).
b.      Pengertian Objek Formal Filsafat Ilmu
Objek formal filsafat ilmu adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fingsi ilmu itu bagi manusia. Problem inilah yang di bicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis. Objek formal filsafat ilmu merupakan sudut pandangan yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu di sorot.
c.       Perbedaan objek material dan objek formal filsafat ilmu
Objek material filsafat merupakan suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak.  Sedangkan Objek formal filsafat ilmu tidak terbatas pada apa yang mampu diindrawi saja, melainkan seluruh hakikat sesuatu baik yang nyata maupun yang abstrak.
Obyek material filsafat ilmu itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada (realita) sedangkan objek formal filsafat ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris. objek material mempelajari secara langsung pekerjaan akal dan mengevaluasi hasil-hasil dari objek formal ilmu itu dan mengujinya dengan realisasi praktis yang sebenarnya.  Sedangkan Obyek formal filsafat ilmu menyelidiki segala sesuatu itu guna mengerti sedalam dalamnya, atau mengerti obyek material itu secara hakiki, mengerti kodrat segala sesuatu itu secara mendalam (to know the nature of everything). Obyek formal inilah sudut pandangan yang membedakan watak filsafat dengan pengetahuan. Karena filsafat berusaha mengerti sesuatu sedalam dalamnya.
Adalah objek yang secara wujudnya dapat dijadikan bahan telaahan dalam berfikir. Menurut Endang Saefudin Anshori (1981) objek material filsafat adalah segala sesuatu yang berwujud, yang pada garis besarnya dapat dibagi atas tiga persoalan pokok yaitu :
1.      Hakekat Tuhan
2.      Hakekat Alam
3.      Hakekat manusia
Obyek material Filsafat ilmu yaitu segala sesuatu yang ada dan mungkin ada, baik materi konkret, psisik, maupun yang material abstrak, psikis. Termasuk pula pengertian abstrak-logis, konsepsional, spiritual, nilai-nilai. Dengan demikian obyek filsafat tak terbatas, yakni segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Objek material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak tampak. Objek material yang sama dapat dikaji oleh banyak ilmu lain. ada yang tampak adalah dunia empiris, sedangkan ada yang tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosof membagi objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran dan yang ada dalam kemungkinan.

C.    RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU
Untuk lebih memperoleh gambaran yang lebih jelas, maka perlu di ungkap ulang, bahwa kajian tentang filsafat ilmu berhubungan erat dengan dua bidang kajian yang secara individual memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Filsafat mengandalkan perolehan kebenaran rasio yang bersifat sepekulatif dengan tidak membutuhkan bukti empiris,sedangkan ilmu mengandalkan perolehan kebenaran rasional dan sekaligus dengan dukungan bukti/fakta empiris yang bersifat tentatif.
             Sampai dangan taun 2000an filsafat ilmu telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga menjadi bidang pengetahuan  yang amat luas dan sangat mendalam. Oleh karena itu secara ringkas dapat dirangkum sebagai berikut :
1.      Menurut Peter Angeles, filsafat ilmu berkonsentrasi pada empat bidang yang utama, yakni menelaah tentang :
v  Berbagi konsep, per-anggapan dan metode ilmu dan analisisnya, perluasan, dan penyusunan guna memperoleh pengetahuan yang lebih cermat dan memiliki ke-ajegan.
v  Pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu berikut struktur perlambanganya.
v  Saling keterkaitan di antara berbagai ilmu.
v  Akibat-akibat pengetahuan ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan  dengan penerapan dan pemahaman manusia terhadap realitas, hubungan logika dan matematika dengan realitas, entitas, teoritis, sumber dan keabsahan pengetahuan, serta hakikat pengetahuan.
2.      A.Cornelus Benyamin mengemukakan bidang-bidang penelahan filsafat ilmu meliputi :
Ø  Metode ilmu, lambang-lambang, kilmiahan, dan struktur logis dari sistem perlambangan ilmiah menyangkut logika dan teori ilmu pengetahuan serta teori umum tentang tanda.
Ø  Penjelasan mengenai konsep dasar, pra-anggapan, dan pangkal pendirian ilmu berikut landasan-landasan empiris, rasional,atau pragmatis yang menjadi tempaat tumpuannya. Karena lebih banyak menyangkut berbagai keyakinan mengenai dunia kenyataan, keseragaman alam,dan rasionalitas proses alamiah, maka segi ini berkaitan dengan metafisika.
Ø  Keterkaitan da antara berbagai ilmu dan implikasinya bagi suatu teori dalam semesta ( seperti; idialisme, materialisme, monoisme, atau pluralisme).
3.      Menurut Ernes Negel, ada tiga bidang yang merupakan bahan perbincangan filsafat ilmu :
ü  Pola logis yang di tunjukan oleh penjelasan dalam ilmu, yakni ada logika yang telah terpola sehingga memudahkan memahami ilmu tersebut.
ü  Pembentukan konsep ilmiah, yakni bagaimana proses konsep ilmiah terumuskan.
ü  Pembuktian keabsahan kesimpulan ilmiah. Pembuktian dalam filsafat tidak harus bersifat empiric, tetapi cukup mengandalkan rasio atau penalaran.
4.      Israel sceffer merinci tiga bidang kajian filsafat ilmu,meliputi :
o   Mnelaah hubungan antara faktor-faktor kemasyarakat-an dan ide-ide ilmiah.
o   Pelukisan asal mula dan struktur alam semasta menurut teori-teori yang terbaik dan penemuan-penemuan dalam kosmologi.
o   Metode secara umum, bentuk logis, cara penyimpulan dan konsep dasar ilmu.
5.      Oleh J.J. C. Semart, fokus kajian filsafat ilmu hanya meliputi :
·         Bahasa analisis dan metodologis tentang ilmu.
·         Penggunaan ilmu untuk membantu pemecahan masalah-masalah filsafati.
6.      Marx Wartofsky, merinci cakupan filsafat ilmu menyangkut :
*      Pernungan mengenai konsep dasar, struktur formal, dan metodologi ilmu.
*      Persoalan-persoalan ontodologi dan epistomologi yang khas bersifat filsafati dengan pembahasan yang memadukan alat analisis logika modern dan model konseptual penyelidikan ilmiah.
Dari resum di atas dapat diperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu mengambil bagian untuk meletakan dasar-dasar ilmu pengetahuan, oleh karena itu sekitar : apa hakikat ilmu, struktur ilmu, obyek ilmu, metode atau cara memperoleh ilmu, cara mengukur benar tidaknya ilmu, kegunaan ilmu, cara ilmu menyelesaikan masalah, netralitas ilmu, landasan ilmu, sarana berfikir keilmuan,hubungan ilmu dengan teknologi, ilmu dengan nilai, dan sebagaimana tersebut di atas merupakan cakupan atau ruang lingkup kajian filsafat ilmu. Kesemuanya terbagi dalam landasan ontologi ilmu, epistemologi ilmu, dan aksiologi ilmu.
D.    FUNGSI FILSAFAT ILMU DALAM PEKAMBANGAN KEHIDUPAN MANUSIA

Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemology (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (Pengetahuan Ilmiah). Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai cirri-ciri tertentu. Meskipun secara metodologi ilmu tidak membedakan ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu social. Pembagian ini lebih merupakan pembatasan masing-masing bidang yang ditela’ah yakni ilmu-ilmu alam atau ilmu-ilmu social, dan tidak merincikan cabang filsafat yang bersifat otonom. Ilmu memang berbeda dari pengetahuan-pengetahuan secara filsafat, namun tidak terdapat perbedaan yang prinsipil antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu social, dimana keduanya mempunyai cirri-ciri kelimuan yang sama.
Menurut Radakrishnan pada Buku history of Filoshohy pungsi pilsafat yaitu Kreatif,menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan – jalan baru.Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan pada kita untuk menopang dunia baru, yaitu mencetak manusia – manusia yang menjadikan penggolongan berdasarkan nation, rasi dan keyakinan keagamaan mengabdi pada cita mulia kemanusiaan.
Berfikir secara filsafat dapat diartikan sebagai berpikir yang sangat mendalam sampai pada hakikat, atau berpikir secara global (menyeluruh), atau berpikir dilihat dari berbagai sudut pandang pemikiran atau sudut pandang ilmu pengetahuan.Berfikir yang demikian ini sebadai upaya untuk dapat berfikir secara tepat dan benar serta dapat dipertanggungjawabkan.
Bahasan yang di cerna oleh ilmu filsafat sangat luas cakupannya. Poin yang utama ditujunya adalah mencari hakikat kebenaran segala sesuatu. Baik dalam kebenaran berfikir ( Logika ), kebenaran tingkah laku (Etika) Maupun dalam mencari hakikat sesuatu yang ada dibalik alam nyata (metafisika), sehingga persoalannya adalah apakah sesuatu itu hakiki (benar) atau maya(palsu).
Manfaat mempelajari filsafat ada bermacam – macam. Namun sekurang – kurangnya ada 4 macam paedah Yaitu :
  1. Agar terlatih berfikir serius
  2. Agar mampu memahami filsafat
  3. Agar mungkin menjadi filsapat
  4. Agar menjadi warga Negara yang baik
Menurut Fudyartanta (GAMA) ada 4 fungsi ilmu (pengetahuan ) Yaitu :
  1. Fungsi Deskriftif : menggambarkan, melukiskan dan memaparkan suatu objek atau masalah sehingga mudah dipelajari atau diteliti.
  2. Fungsi Pengembangan : melanjutkan hasil temuan yang lalu dan menemukan hasil ilmu pengetahuan yang baru.
  3. Fungsi Prediksi : meramalkan kejadian – kejadian yang besar kemungkinan terjadi sehingga manusia dapat mengambil tindakan – tindakan yang perlu dalam usaha menghadapinya.
  4. Fungsi Kontrol : berusaha mengendalikan peristiwa – peristiwa yang tidak dikehendaki.
Tegasnya : Fungsi ilmu (pengetahuan) ialah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia didalam berbagai bidangnya. Ilmu menjelaskan dengan 4 pola yaitu : dedukatif, probabilistic, ecologis dan genetic. Penjelasan dedukatif adalah menjelaskan gejala dengan menarik kesimpulan secara logis dan premis yang ditetapkan sebelumnya. Penjelasan probilistik adalah menjelaskan secara indukatif dan sejumlah kasus dan bersifat mungkin. Penjelasan ecologis adalah penjelasan yang bersifat fungsional dengan meletakan unsure dalam kaitannya dengan system. Penjelasan genetic adalah tentang gejala yang muncul dengan mempergunakan factor yang timbul sebelumnya.
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan yang mengkaji tentang hakikat ilmu. Dimana ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai cirri-ciri tertentu yaitu yang bersifat konkrit yang artinya masalah tersebut terdapat dalam jangkauan pengalaman manusia dan ilmu tidak memasalahkan akhirat. Selain bersifat konkrit, ilmu juga mempunyai cirri sifat lain, yaitu bersifat nyata yang artinya jawaban itu ada pada dunia nyata dan ilmu itu dimulai dari fakta dan diakhiri dengan fakta . Dari cirri – cirri tersebut terdapat dalam ilmu, kita bias mengetahui fungsi dari filsafat ilmu dan arah dari filsafat ilmu.
Filsafat ilmu mempelajari apakah objek yang ditelaah dalam ilmu, bagaimana proses mendapatkan ilmu dan apakah kegunaan ilmutersebut. Objek atau hakekat sesuatu dipelajari dalan antology, cara mendapatkannya dipelajari dalan pistemology, dan kegunaannya dipelajari dalam aksiologi. Dari kajian – kajian yang terdapat dalam ilmu filsafat ilmu kita bias mengetahui kembali fungsi dari arah filsafat ilmu. Oleh karena itu fungsi filsafat ilmu adalah :
  1. Untuk mengetahui objek apa saja yang ditela’ah dalam ilmu
  2. untuk mengetahui tentang proses mendapatkan ilmu
  3. untuk mengethui kegunaan dari ilmu tersebut
  4. untuk mengetahui cirri –ciri tertentu dari cabang – cabang pengetahuan yang termasuk kedalam objek kajian dari filsafat ilmu.
Sedangkan arah dari filsafat ilmu adalah mengarahkan seseorang untuk mengkaji filsafat lebih dalam tentang “benar –salah “, “Baik – buruk” etika dan “indah – jelek” etika yang masing – masing sifat tersebut dapat mengarahkan seseorang ahli filsafat untuk mengetahui tentang filsafat ilmu. Filsafat yang mengkaji tentang salah – benar disebut loga, filsafat yang mengkaji tentang baik – buruk disebut etika dan filsafat yang mengkaji tentang indah – jelek disebut estetika.
Ilmu merupakan suatu cara berfikir dalam menghasilkan suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan yang dapat diandalkan. Berfikir bukan satu –satunya cara dalam mendapatkan pengetahuan. Demikian juga ilmu bukan satu –satunya produk dari kegiatan berfikir menurut langkah – langkah tertentu yang secara umum dapat disebut sebagai berfikir ilmiah.
Berfikir ilmiah merupakan kegiatan berfikir yang memenuhi persyaratan – persyaratan tertentu. Persyaratan tersebut pada hakikatnya mencakup dua criteria utama yakni,pertama berpikir ilmiah harus mempunyai alur jalan fikiran yang logis, kedua pernyataan yang bersifat logis tersebut harus didukung oleh fakta empiris. Persyaratn pertama mengharuskan alur jalan pikiran kita untuk konsisten dengan pengetahuan ilmiah yang telah ada sedangkan persyaratan kedua mengharuskan kita untuk menerima pernyatan yang didukung oleh fakta sebagai pernyataan yang benar secara ilmiah.
Pernyataan yang telang diuji kebenarannya ini kemudian diperkaya khasanah pengetahuan pengetahuan ilmiah yang disusun secara sistematik dan komulatif. Kebenaran ilmiah ini tidaklah bersifat mutlak sebab mungkin saja pernyataan yang sekarang logis kemudian akan bertentangan dengan ilmu pengetahuan ilmiah baru atau pernyataan yang sekarang didukung oleh fakta kemudian di tentang oleh penemuan baru, kebenaran ilmiah terbuka bagi koreksi dan penyempurnaan.
Dari hakikat berfikir ilmiah tersebut maka kita dapat menyimpulkan beberapa karakteristik dari ilmu.Pertama ialah bahwa ilmu mempercayai rasio sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Walaupan demikian maka berfikir secara rasional inipun harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar sampai kepada kesimpulan yang dapat di andalkan. Untuk itu maka ilmu mempuyai karakteristik yang kedua yakni alur jalan fikiran yang logis yang konsisten dengan pengetahuan yang ada. Walaupun demikian maka tidak semua yang logis itu didukung fakta atau mengandung kebenaran secara empiris. Untuk itu maka ilmu mensyaratkan karakteristik yang ke tiga yakni pengujian secara empiris sebagai criteria kebenaran objektif. Pernyataan yang dijabarkan secara logis dan telah teruji ecara empiris lalu dianggap benar secara ilmiah dan memperkaya khajanah pengetahuan ilmiah. Walaupun demikian tidak ada jaminan bahwa pernyataan yang sekarang benar secara ilmiah kemudian lalu tidak shahih lagi. Untuk itu maka ilmu mensyaratkan karakteristik ke empat, yakni mekanisme yang terbuka terhadap koreksi








BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu termasuk bagian dari filsafat pengetahuan atau lazim disebut epistomologi.  Secara sederhana filsafat ilmu ialah dasar yang menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara ilmiah.  Filsafat ilmu adalah suatu analisis, prosedur-prosedur atau logika tentang penjelasan ilmiah
2.      Obyek Filsafat Ilmu
Dilihat dari segi katanya filsafat ilmu dapat dimaknai sebagai filsafat yang berkaitan dengan atau tentang ilmu. Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat pengetahuan secara umum, ini dikarenakan ilmu itu sendiri merupakan suatu bentuk pengetahuan dengan karakteristik khusus, namun demikian untuk memahami secara lebih khusus apa yang dimaksud dengan filsafat ilmu, maka diperlukan pembatasan yang dapat menggambarkan dan memberi makna khusus dalam mempelajari objek-objek yang ada dan terkait dengan filsafat ilmu, untuk itu didalam memepelajari filsafat ilmu terdapat dua objek, yaitu objek material dan objek formal filsafat ilmu
3.      Ruang Lingkup Filsafat ilmu
Dari resum di atas dapat diperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu mengambil bagian untuk meletakan dasar-dasar ilmu pengetahuan, oleh karena itu sekitar : apa hakikat ilmu, struktur ilmu, obyek ilmu, metode atau cara memperoleh ilmu, cara mengukur benar tidaknya ilmu, kegunaan ilmu, cara ilmu menyelesaikan masalah, netralitas ilmu, landasan ilmu, sarana berfikir keilmuan,hubungan ilmu dengan teknologi, ilmu dengan nilai, dan sebagaimana tersebut di atas merupakan cakupan atau ruang lingkup kajian filsafat ilmu. Kesemuanya terbagi dalam landasan ontologi ilmu, epistemologi ilmu, dan aksiologi ilmu.

4.      Fungsi Filsafat Ilmu
Oleh karena itu fungsi filsafat ilmu adalah :
1.      Untuk mengetahui objek apa saja yang ditela’ah dalam ilmu
2.      untuk mengetahui tentang proses mendapatkan ilmu
3.      untuk mengethui kegunaan dari ilmu tersebut
4.      untuk mengetahui cirri –ciri tertentu dari cabang – cabang pengetahuan yang termasuk kedalam objek kajian dari filsafat ilmu.
Seseorang yang secara benar yang memahami filsafat sebagai salah satu ilmu berarti seseorang tersebut mampu mengetahui fungsi dan filsafah hidup yang dapat membenarkan dampak secara langsung untuk pembenaran dalam kehidupan kita sehari-hari
Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat pengetahuan yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu ( pengetahuan ilmiah )
Dari hakikat berfikir ilmiah maka kita dapat menyimpulkan beberapa karakteristik dan ilmu. Pertama ialah bahwa ilmu mampercayai rasio sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, kedua alur jalan pikiran yang logis yang konsisten dengan pengetahuan yang telah ada, ketiga yakni pengujian secara empiris sebagai kriteria kebenaran objektif, ke empat yakni mekanisme yang terbuka terhadap koreksi
Arah dari filsafash ilmu adalah mengarahkan seseorang untuk mengkaji filsafat lebih dalam tentang “benar-salah”, ”baik-buruk”, dan “indah-jelek” yang masing-masing sifat tersebut dapat mengarahkan seseorang ahli filsafat untuk mengetahui tentang filsafat ilmu.
B.     Saran
Demikian yang dapat kami sampaikan melalui makalah ini, tentunya banyak hal-hal yang perlu diperbaiki serta langkah-langkah dari permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan dari metode penulisan, kata-kata atau pun kalamat-kalimat yang belum sumpurna di dalamnya
Adapun cara penilaian,hak dan tidaknya kami serahkan kepada para pembaca, mudah-madahan dapat memberikan bantuan doa atas terselenggaranya penulisan makalah ini semoga anda dalam lindungan dan keridhoan Allah SWT Amin.

DAFTAR  PUSTAKA

Maufur, 2012, Filsafat Ilmu. CV.Bandung, Bintang Warlia Artika.
Arief Tiro Muhammad, 2002,  Mecaari kebenaran suatu tinjauan Filsafat, Andira
 Makassar.
Mustansyir, R dan Munir M. 2003. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
S. Suria Sumantri Jujun, 2005,  Filsafat Ilmu. Pustaka Sinar Harapan Jakarta.
Muzakir, Drs. A. Ahmad Syadali, MA. 1991,  Filsafat Ilmu, Pustaka Setia Bandung.
Syafii Inu Kencana, 2004,  Pengantar Filsafat Ilmu. Refika Aditama Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar